IBU dan Sinetron
".....Ibu saya selalu menonton sinetron."
Waktu hari Minggu tgl 25 Desember 2011 saya kebagian ngajar anak-anak kelas 5 SD di Terminal Hujan (saya sudah melakukan kegiatan mengajar anak-anak marjinal ini kurang lebih 4 bulan, detail baca blognya Terminal Hujan).
Berhubung tanggal 22 Desember itu hari Ibu, maka kami mamutuskan untuk mengambil tema tentang hari Ibu. Anak-anak kelas 5 kebagian tugas untuk membuat karangan mengenai Ibunya. Mereka kami beri waktu kurang lebih 1 jam untuk membuat karangan tersebut, setelah satu jam hasil karangan mereka dikumpulkan kepada saya dan Danny selaku mentor anak-anak kelas 5.
Saya dan Danny membaca satu persatu karangan mereka dan hampir diseluruh tulisan anak-anak kelas 5 tersisipkan kalimat :
..."Ibu saya hobi nonton SCTV".
..."Ibu saya hobi nonton Indosiar".
..."Ibu saya hobi nonton Sinetron".
Itulah kenyataannya, mereka kaum marjinal dan mungkin masyarakat lainnya saat ini jarang sekali menonton tayangan mengenai dialog, diskusi, dan tayangan-tayangan yang informatif serta edukatif, karena sebagian besar stasiun televisi swasta kurang sekali memberikan tontonan yang bersifat informatif dan edukatif.
Sinetron dianggap sebagai sajian hiburan bagi masyarakat, namun akhir-akhir ini menjamur sinetron yang tidak mendidik dan hanya menjual mimpi dimana mempertontonkan si kaya raya yang bergelimang harta dan si miskin yang kekurangan harta. Sinetron ini akan memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat khusunya kaum marjinal dan anak-anak marjinal seperti murid-murid kami di terminal hujan. Contoh dampak buruk sinetron, beberapa anak di terminal hujan seringkali mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kami, seperti:
"kakak dirumahnya ada kolam renang ya?"
"kakak punya mobil ga? ada berapa?"
"rumah kaka gede ya kaya di tivi-tivi"
"handphone kaka merk nya apa?"
ya.. itu beberapa pertanyaan mereka yang dilontarkan kepada kami.Ya! itu salah satu dampak dari sinetron.
Tayangan televisi akhir-akhir ini memang kurang mendidik, ditambah lagi hilangnya hiburan anak-anak serta lagu-lagu anak. Sewaktu saya kecil masih ada tuh tayangan Lenong Bocah, Tralala-Trilili, Susan dan Kak Ria, Menggambar bersama pak Tino Sidin, serta penyanyi-penyanyi anak seperti Sherina, Cindy Cenora, Trio Kwek-Kwek, Enno Lerian, Erina GD, Maisy dll, sekarang apa masih ada tayangan seperti itu? suatu waktu kami sedang mengajarkan menyanyi di terminal hujan kami mengajarkan lagu anak-anak sekonyong-konyong seorang anak usia kelas 2 SD nyeletuk "Kakak..lagu itu mah lagu anak kecil" hellow...kamu umur berapa sih? masih kecul juga tau! hahahah ya! itulah dampak tayangan televisi, anak jaman sekarang lebih mengenal Ayu Ting Ting, D'Massive, Wali, Radja dan band-band dadakan yang ditayangkan di Dahsyat, Inbox, De Rings dll.
Saya merasa miris dengan tayangan yang ditayangkan di televisi saat ini, Sinetron yang mengumbar kemewahan, tayangan mistis, Infotainment, Reality show yang mengumbar masalah keluarga, lagu-lagu yang cheesy and shallow banget, ajang pencarian bakat, dll. Sekarang Televisi bukan lagi sebagai penyampaian berita, informasi serta pesan-pesan moral melainkan menjadi media yang dapat merusak perilaku masyarakat khususnya kaum marjinal dan anak-anak.

miris ya ti, seandainya empunya tivi sedikit tergerak hatinya untuk menyajikan tayangan2 yg berkualitas, dampaknya bisa besar untuk negeri ini
ReplyDeleteiyaaaa.. miris, ayo dong om-om Jelang UN bikin lagu anak2 :)
Delete